Loncatan Kenangan?

Terdiam, hingga mata terpejam, diantara padang ilalang tubuhnya bersandar pasa sebuah batang. Mengingat kembali segala kenangan yang terjadi saat satu tahun silam. Lompatan-lompatan kenangan membawanya menjauh dari linimasa saat ini.

Karena kenangan ada untuk dijaga, bukan dilupakan Sumber : dokumen pribadi
Karena kenangan ada untuk dijaga, bukan dilupakan



Perlahan gerak bibirnya membentuk senyuman, senyuman manis saat ia mengenang waktu bersama seorang gadis. Gadis yang lebih tinggi darinya tetapi tetap menghormati dirinya, gadis yang selalu jengkel ketika ia lupa memotong kukunya.
“Gak keren soalnya kalau nanti ngupas rambutan pakai mulut” katanya beralasan
“Kamu punya jambul udah cukup keren kok, kukunya nggak usah dijambul juga”
“Bandanmu udah nggak panas kok” katanya memegang dahi si gadis
“Kenapa?”

“Aku kira tadi itu efek kamu demam, ternyata bukan”
“Mungkin efek baru sembuhnya kali” sangkal sang gadis
“Bisa jadi, berarti kamu sakit lagi aja tapi langsung sembuh”
“Biar bisa digombalin?”
“Ohh jadi itu cuma sekedar gombalan, nggak tulus dari hati?”
“Enggak, itu latah aja hahaha”
“Biar bisa latah diapain? Dikagetin gitu?”
“Ga perlu, cukup disayang dan dijaga aja”

Si gadis yang jarang memujinya membuatnya percaya diri bahwa ia lebih tampan melebihi bangsawan.

Tiba-tiba senyumnya hilang berganti kesedihan, ketika loncatan kenangan membawanya bertemu akhir cerita mereka. Gemuruh hati riuh bersuara di hatinya, sebab tahu bagian ini yang selalu membuatnya emosi tak terkira.
“Aku nggak tau kenapa tapi aku rasa dia masih suka kamu” sang gadis memulai percakapan
“Lalu? Urusan hatinya bukan lagi urusanku. Dia membuat keputusan meninggalkan tanpa memberi kabar”
“Iya tapi aku rasa hubungan kalian masih ada”
“Nggak, satu-satunya wanita yang sedang kucintai selain ibuku adalah kamu”
“Bukan itu intinya. Kalau dia masih mencintaimu dan kamu bisa mencintainya kembali kenapa nggak balikan?”
“Maksudmu kita putus?”
“Aku rela kalau kamu balikan sama dia, aku nggak mau ngerebut kamu dari dia”
“Nggak ada yang ngerebut aku, aku belum sepenuhnya milikmu. Aku percaya kamu orang jujur, tapi kalau alasan lainmu karena sifat buruk ku aku terima.”
“Sifat buruk mu aku terima, aku ga bisa menerima kalau ada yang lebih pantas daripada aku. Kalau ada yang mau disampaiin bilang aja. Maaf ya aku merusak cita-cita kita”
“Nggak apa”
Terputus, lidahnya kelu, masih didepan sang gadis ia menangis perlahan. Baginya kejantanan bukan harus menahan tangis, tapi mengakui setiap kesalahan dan selalu memaafkan meski hati tersakiti.


Tersadar, loncatan kenangan membawanya kembali ke linimasa saat ini. Rintik tangis turun membasahi pipinya, mengutuk otaknya yang harus membawa kembali kepada sebuah kenangan pahit. Yang membuatnya kembali berpikir, alasan mengapa sang gadis tega meninggalkannya, apakah itu hanya sebuah alasan klasik saja, entahlah. Ia lebih memilih untuk berdamai dengan hatinya, mengikhlaskan garis waktu yang telah ditentukan oleh-Nya.


Bukankah pada akhirnya kenangan memang sulit untuk dilupakan? Terlepas dari baik buruk suatu kenangan, mengapa tidak mencoba melihat dari sisi yang berbeda? Mari dekap kenangan itu, karena Dia tahu bahwa kamu adalah sosok yang pantas menerima kenangan itu.

comments powered by Disqus