Halo kawan, ini adalah postingan pertama aku di blog baru. Setelah sekitar 3 atau 4 tahun nggak nulis lagi di blog karena dulu menulis tidak dari hati (cielah ), aku pikir jiwa penulis yang dulu ada perlu dihidupkan kembali.
Oke, jadi beberapa alasan kenapa aku kembali menulis sebenernya cukup simpel si.
Jekyll dengan Fitur PWA
Secara gitu, anak Informatika yang seneng koding, apalagi kalau nemuin tantangan baru, jiwa programmernya langsung bangkit. Kenapa harus jekyll? Jadi sebenernya sebelum milih untuk pakai Jekyll rada bingung nih nentuin CMS/non-CMS, kalaupun pakai CMS sendiri (kecuali wordpress dan blogger) aku pikir-pikir bakal banyak uang yang harus aku keluarin, sedangkan aku sendiri belum ada penghasilan. Nah, suatu saat ‘kesasar’ nih ke blognya petani kode waktu itu si karena liat postingan di fans-pagenya yang rada kocak, disana ternyata dibahas tentang SSG (Static Site Generator) tapi si petani ini makenya HUGO dengan bahasanya yaitu Google Language (GOLang) sedangkan aku sendiri waktu itu lagi tertarik bahasa Ruby nih ya jadinya manteplah untuk pakai Jekyll. Perlu adaptasi juga nih nggak langsung tiba-tiba bisa, perlu belajar nge-git, baca-baca arsitekturnya jekyll, dll.
Untuk Progressive Web App (PWA) sendiri ini kan lagi booming nih, dan pas waktu itu ada event GDG chapter Jogja yang lumayan wah karena tempatnya di hotel dan makannya prasmanan, dan materinya waktu itu full ngebahasa PWA nih, akhirnya penasaran dan nyoba-nyoba deh. Cukup mudah sebenernya nerapin PWA di Jekyll sendiri mungkin untuk artikel selanjutnya aku tulis gimana sih caranya. Nah untuk cari tau website/blogmu udah PWA atau belum bisa pakai tools dari chrome yaitu lighthouse atau kalau kamu lagi di chrome versi mobile bisa cek di setting terus klik Add to Homescreen seperti gambar dibawah
Taraa! akan ada sebuah aplikasi dengan nama “mhdabdur” dan kawan-kawan bisa coba buka aplikasi itu. Oiya, sebenernya ini belum full PWA karena kalau webblog yang udah full PWA seharusnya bisa dijalankan meskipun ketika offline.
Menjadi Lebih Produktif
Sebenernya tingkat produktif seseorang itu beda-beda ya tapi aku sendiri beranggapan kalau sampai sekarang belum produktif meskipun dengan banyaknya tugas akhir dari kampus yang menyebalkan tercinta. Kemarin-kemarin sempet dengerin di inspigo nih tentang materi produktifitas dari mba Zivanna Letisha, dan yah aku ngerasa kalau masih jauh dari kata produktif.
Aku bandingin juga nih sama temen-temen aku, kaya kang Ijal, Jefry, Setyo, dll, masih kurang produktif mah kalau dibandingin mereka. Nah daripada menjadi pengacara (pengangguran banyak acara), mulailah mencoba nulis kembali aja entah tentang apapun itu, keresahan hati, puisi, tutorial-tutorial, pengalaman ikut event, dll.
Ajang Dokumentasi
Yup, terinspirasi dari blognya kakang Ijal yang habis redesign akhirnya mengikti juga jejaknya. Dokumentasi perjalanan emang nggak harus lewat blog, tapi lebih mudah dan nggak membuang-buang kertas ya lewat blog. Atau kalaupun kalian penginnya lewat sosial media it’s okay siapa tahu jadi karya sebuah buku seperti punya bung Fiersa Besari. Intinya mah biar ada kenangan (asik ), yaudah nulis aja.